2 cara lindungi Bumi dari ancaman asteroid

2 cara lindungi Bumi dari ancaman asteroid


Para ilmuwan berkumpul pekan ini dalam pertemuan American Geophysical Union guna membicarakan bagaimana cara manusia dapat bertahan untuk tetap hidup, menerima "kehancuran" Bumi, tetapi tidak kepunahan seperti para dinosaurus.


Dihadiri oleh para peneliti dari Los Alamos National Laboratory dan Goddard Spaceflight Center NASA, mereka membahas mengenai pertahanan planet terhadap serangan benda luar angkasa seperti komet dan asteroid.

"Masalah terbesar, pada dasarnya, saat ini kita tidak dapat berbuat banyak tentang hal itu," kata Dr Joseph Nuth, seorang peneliti dari Goddard Spaceflight NASA, dikutip The Guardian (13/12).

Nuth mengakui bahwa asteroid dan komet yang besar dan berpotensi membahayakan memang jarang terdapat, bila dibandingkan objek kecil yang kerap mengarah ke Bumi namun hancur saat memasuki atmosfer.

Akan tetapi, sebuah asteroid berukuran cukup besar yang jatuh menimpa Bumi, bisa memusnahkan sebagian besar manusia, seperti pada dinosaurus 50-60 juta tahun lalu.

Jalur orbit komet memang jauh dari Bumi tetapi beberapa sempat mampir ke kawasan sekitar Bumi. Pada 1996, sebuah komet "nyaris" menghantam Bumi sebelum kemudian mengarah ke Jupiter. Kemudian pada 2014, Mars hampir saja ditabrak sebuah komet besar.

Komet kedua tersebut bahkan baru berhasil diketahui berpotensi menabrak Mars hanya 22 bulan sebelumnya. Hampir tidak cukup waktu untuk mencegahnya, jika komet serupa mengarah ke Bumi.

Dasarnya ada dua pilihan ketika asteroid akan menyerang Bumi. Pertama adalah dengan menembakkan objek ke jalur asteroid tersebut agar menyinggung dan mengubah arahnya menjadi menjauhi Bumi.

Kedua, dengan mengirim rudal untuk meledakkannya. Walau terbuka kemungkinan masih adanya serpihan yang akan tetap menghantam Bumi, setidaknya ukuran asteroid itu akan menjadi lebih kecil. Tingkat ancamannya pun menjadi lebih rendah.

Selain dua pilihan tersebut, kita sebagai manusia tidak memiliki pertahanan apapun jika ada benda luar angkasa besar yang mengarah ke Bumi.

Dilansir dari CBN News (14/12), NASA telah membuat lembaga PDCO (Planetary Defense Coordination Office) pada awal tahun ini untuk mengkoordinasikan upaya melacak benda-benda luar angkasa terdekat, seperti asteroid dan komet yang bisa menyeberang ke lingkungan kosmik Bumi.

Badan antariksa tersebut memperkirakan bahwa mereka telah melihat ada sekitar 90 persen lebih dari objek yang dekat dari Bumi, berukuran lebih panjang dari satu kilometer. Objek sebesar itu berpotensi mendatangkan bencana serius.

Benda yang berukuran lebih kecil juga masih menjadi ancaman, dan Nuth mengatakan penghuni Bumi harus waspada tentang potensi ancaman tersebut.

Dr Cathy Plesko, seorang ilmuwan di Los Alamos National Laboratory yang juga berbicara dalam pertemuan tersebut mengatakan, ia mengajukan pilihan defleksi. Sebuah teknik yang diumpamakan dengan "meriam raksasa".

"Teknologi meriam sebenarnya teknologi yang sangat baik, mencegat sebuah benda dengan kecepatan tinggi benar-benar lebih efektif daripada bahan peledak tinggi," kata Plesko.

Penabrak kinetik memerlukan perhitungan yang tepat dan perlu puluhan tahun perencanaan. Tapi pilihan ini memiliki dampak yang lebih rendah bahaya ke Bumi dibandingkan solusi nuklir. Ditakutkan dengan ledakan nuklir maka akan sangat terbuka risiko bahan nuklir jatuh kembali ke planet ini.

Pada Agustus, NASA menyatakan akan meluncurkan pesawat tanpa awak khusus bernama OSIRIS-Rex untuk mengambil sampel asteroid yang memiliki potensi mengancam Bumi. Bennu, nama asteroid, tersebut diperkirakan para analis akan melintas di antara Bulan dan Bumi pada 2135.

Comments

Popular posts from this blog

Yamaha NMax 300 sapa Eropa

Ini Potret Wanita-Wanita Yakuza